Allah swt menciptakan manusia dengan segala perbedaannya. Perbedaan tersebut tidak hanya dari sisi jenis kelamin, tetapi juga warna kulit, bangsa, bahasa, ras, etnis, golongan, dan lain-lain. Budaya, cipta, dan karya yang dihasilkan juga beragam sehingga menciptakan harmoni kehidupan manusia yang hakikatnya lita’arafu. Artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS al-Hujurat [49] 13 Imam Suyuthi dalam kitab tafsirnya Al-Durr Al-Mantsur fi Tafsir Bil-Ma'tsur menyebutkan dua kisah turunnya surat al-Hujurat ayat 13 Kisah pertama pada saat Rasulullah memasuki kota Mekkah dalam peristiwa Fathu Makkah, Bilal bin Rabah naik ke atas Ka'bah dan menyerukan azan. Maka sebagian penduduk Mekkah yang tidak tahu bahwa di Madinah Bilal bin Rabah biasa menunaikan tugas menyerukan azan terkaget-kaget. Ada yang berkata "Budak hitam inikah yang azan di atas Kabah?” dalam riwayat lain di kitab Tafsir al-Baghawi al-Harits bin Hisyam mengejek dengan mengatakan "Apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini untuk berazan?". Yang lain berkata, “Jika Allah membencinya, tentu akan menggantinya.” Lalu turunlah ayat 13 surat al-Hujurat. Kisah kedua Abu Hind adalah bekas budak yang kemudian bekerja sebagai tukang bekam. Nabi meminta kepada Bani Bayadhah untuk menikahkan salah satu putri mereka dengan Abu Hind. Tapi mereka menolak dengan alasan "Ya Rasul, bagaimana kami hendak menikahkan putri kami dengan bekas budak kami?" Lalu turunlah ayat 13 surat al-Hujurat. Pesan langit dalam ayat tersebut begitu luas atau universal, ia menghapus "kasta" dalam masyarakat Arab; menegaskan kembali bahwa sebagai hamba Allah bukan nasab, harta, bentuk rupa atau status pekerjaan yang menentukan keutamaan hamba Allah, tetapi ketakwaan. Dan ketakwaan itu tidak bisa dibeli atau diraih dengan mengandalkan keutamaan nasab, suku atau marga, tapi dengan amal shalih. Sayang, belakangan ini malah banyak yang hendak mengembalikan "kasta" masyarakat Arab yang sudah dihapus Nabi ini. Kalian punya nasab yang bagus, alhamdulillah. Kalian ke mana-mana memakai surban, alhamdulillah. Tapi kalau amal kalian jelek dan akhlak kalian buruk, maka ingatlah dengan ayat di atas bekas budak hitam legam seperti Bilal bin Rabah pun bisa jadi jauh lebih mulia. Semoga putihnya surban dan gamis kita itu juga seputih hati dan perbuatan kita. Potongan ayat di atas juga sangat 'modern' sekali diciptakanNya kita berbeda suku bangsa untuk "saling mengenal". Apa maksudnya? Keragaman itu merupakan sarana untuk kemajuan peradaban. Kalau kita hanya lahir di suku kita saja, tidak pernah mengenal budaya orang lain, tidak pernah bergaul dengan berbagai macam anak bangsa, dan hanya tahunya orang di sekitar kita saja, maka sikap dan tindak-tanduk kita seperti katak di dalam tempurung. Seseorang tidak bisa memilih lahir dari rahim ibu yang beragama apa, atau keturunan siapa atau tinggal di mana. Keragaman tidak dimaksudkan untuk saling meneror, memaksa atau melukai. Al-Qur'an mengenalkan konsep yang luar biasa keragaman itu untuk kita saling mengenal satu sama lain. Dengan saling mengenal perbedaan kita bisa belajar membangun peradaban. Dengan saling tahu perbedaan di antara kita maka kita akan lebih toleran; kita mendapat kesempatan belajar satu sama lain. Kesalahpahaman sering terjadi karena kita belum saling mengenal keragaman di antara kita. Dikatakan sangat 'modern' karena misalnya di negara tertentu di Barat saja ada penelitian yang menyebutkan bahwa mereka yang anti terhadap Muslim ternyata mereka tidak pernah bergaul akrab dengan orang Islam. Artinya, mereka yang mengenal orang Islam di lingkungannya tinggal, di sekolah atau di tempat kerja akan cenderung lebih toleran terhadap perbedaan. Nah, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita "saling mengenal" seperti pesan al-Qur'an terhadap pihak lain yang berbeda dengan kita? Bisakah kita menghargai dan belajar dari mereka yang selama ini kita benci? Dalam bentuknya yang 'modern', ayat di atas bisa dilihat dalam konteks teori psikologi dan sosiologi. Al-Qur'an menggunakan bentuk tafa'ala dalam redaksi lita'arafu yang bermakna saling mengenal. Fungsinya lil musyaarakati baina itsnaini fa aktsara. Tidak cukup interaksi kita itu hanya untuk mengenal yang lain, mereka pun harus juga mengenal kita. Interaksi kedua belah pihak akan melahirkan tidak hanya simpati tapi juga empati. Kalau kita meminta orang lain memahami kita, maka pihak lain pun meminta hal yang sama. Langkah awalnya persis seperti pesan al-Qur'an saling mengenal. Para leluhur kita sejak berabad-abad lalu telah mencetuskan bahwa walaupun berbeda-beda, tetapi kita tetap satu bhinneka tunggal ika. Semboyan tersebut bisa ditemukan dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad ke-14 pada era Kerajaan Majapahit. Indonesia beruntung telah memiliki falsafah bhinneka tunggal ika sejak dahulu ketika negara Barat masih mulai memerhatikan tentang konsep keberagaman. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman. Jika dilihat dari kondisi alam saja Indonesia sangat kaya akan ragam flora dan fauna, yang tersebar dari ujung timur ke ujung barat serta utara ke selatan di sekitar kurang lebih pulau. Indonesia juga didiami banyak suku sekitar kurang lebih suku yang menguasai bahasa daerah masing-masing sekitar 77 bahasa daerah dan menganut berbagai agama dan kepercayaan. Keberagaman ini adalah ciri bangsa Indonesia. Warisan kebudayaan yang berasal dari masa-masa kerajaan hindu, budha dan islam tetap lestari dan berakar di masyarakat. Atas dasar ini, para pendiri negara sepakat untuk menggunakan bhinneka tunggal ika yang berarti "berbeda-beda tapi tetap satu jua" sebagai semboyan negara. Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan dengan keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat, agama, dan berbagai perbedaan lainya. Perbedaan tersebut dijadikan para leluhur sebagai modal untuk membangun bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang besar. Sejarah mencatat bahwa seluruh anak bangsa yang berasal dari berbagai suku semua terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semua ikut berjuang dengan mengambil peran masing-masing. Fathoni
1niat 2 Al ikhlas 3 ikhlas 4 Yasin+ayat+3 5 zina 6 menepati janji 7 Pengajaran+surah+AL+Mulk+ayat+30 8 al maidah ayat 3 9 Cari dan tulis 2 ayat dengan artinya yang berhubungan dengan Al-Khabir 10 alh hujurat ayat 10 11 AL+BAQARAH+AYAT+35 12 SHOLAT 13 Bencana alam 14 surat at tahrim ayat 6 15 abu daud 16 Sabar 17 at taubah ayat 60 18 ilmu 19 Al
SubJudul Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'anJumlah 652 HalamanOleh Imam As-SuyuthiPenerbit Pustaka Al-KautsarKomentar Admin"Memahami ayat-ayat al-Qur’an tidak dapat dilakukan hanya bersandar kepada makna harfiah semata, tetapi harus didukung oleh sebab-sebab turunnya ayat, urutan turunnya ayat, sebab, dan tujuan diturunkannya. Pemahaman tersebut akan mengantar keyakinan umat terhadap kemurnian al-Qur’an sehingga tidak ada yang dapat melakukan perubahan maupun penggantian di Asbâbun Nuzûl karya ulama terkemuka Imam as-Suyuthi ini membahas latar belakang historis turunnya ayat-ayat al-Qur’an atau yang disebut Asbâbun Nuzûl, yaitu rangkaian peristiwa berdasarkan riwayat dari para sahabat dan tabi’in serta penukilan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan melalui tarjih antara berbagai dalil atau menghimpun berbagai dalil yang kerap terdapat pertentangan di dalamnya. Misalnya mengetahui Makiyah dan Madaniyah, nâsikh dan mansûkh, dan sejarah hukum Islam dalam al-Qur’an. Dengan mengetahui ayat al-Qur’an yang pertama kali turun dan yang terakhir turun maka kita juga dapat menetapkan rentang waktu turunnya al-Qur’an kepada Rasulullah ini merupakan edisi cetakan yang memiliki keunggulan karena ditahqiq dengan merujuk kepada kitab-kitab tafsir dan kitab Asbâbun Nuzûl karya Al-Wahidi. Selain itu, hadis-hadisnya ditakhrîj dengan cermat sehingga dapat diketahui statusnya; sahih atau dha’îf lemah. Oleh karena itu pantaslah jika buku ini menjadi rujukan umat yang tengah haus akan ilmu."MengenalSurat Al Insyirah. Surat Al-Insyirah adalah surat ke-94 dari Al-Qur'an yang terdiri dari 8 ayat. Surat ini mempunyai ayat yang diulangi dua kali di dalam suratnya yaitu, 'Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan'. Ini menyiratkan bahwa Allah mengirimi Bunda dua kali lipat keringanan atau pahala untuk setiap kesulitan yangOn December 26, 2022 Views 7 Alyazea Amanda Latin dan Terjemahan Surat Al Hujurat Ayat 13 يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ụbaw wa qabā`ila lita’ārafụ, inna akramakum indallāhi atqākum, innallāha alīmun khabīr Artinya Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Asbabun Nuzul Surat Al Hujurat Ayat 13 Belum ditemukan asbabun nuzul dari ayat ini Tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia Surat Al Hujurat Ayat 13 Sumber Tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia Versi Online
Jelaskanasbabunnuzul (sebab turunnya) surat Al Hujurat ayat 13 besok kumpulkan makasih - 9667813. ASELVI1 ASELVI1 02.03.2017 B. Arab Sekolah Dasar terjawab Jelaskan asbabunnuzul (sebab turunnya) surat Al Hujurat ayat 13 besok kumpulkan makasih 1 Lihat jawaban Iklan Iklan
Penjelasan kandungan Surat al-Hujurat ayat 13 sumber istimewa Asbabun nuzul Surat al-Hujurat berhubungan dengan berbagai macam persoalan. Adapun asbabun nuzul Surat al-Hujurat ayat 13 berkaitan dengan kesetaraan hak setiap manusia. - Surat al-Hujurat ayat 13 sangat menegaskan agar setiap manusia tidak menampakkan sikap diskriminatif. Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Surat al-Hujurat ayat 13 mengajarkan umat manusia untuk tidak memandang rendah karena berdasarkan etnis, agama atau bangsa. Semuanya layak mendapatkan perilaku yang sama dan merata. Baca Tafsir Surat Al-An'am Ayat 108, Larangan Mencaci Sesembahan Agama Lain Etnis, agama atau suku tidak boleh mengahalangi antar umat manusia untuk saling menghargai. Ketika menjalani kehidupan bersama, mereka akan hidup berdampingan tanpa membedakan atau menanyakan agama, golongan atau etnis. Surat al-Hujurat ayat 13 pada mulanya merupakan teguran kepada sebagian umat Islam yang memandang rendah orang lain berdasarkan status sosial. Kemudian, turunlah Surat al-Hujurat ayat 13 sebagai respon atas perilaku diskriminasi tersebut. يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" QS. al-Hujurat 13. Baca Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 10, Persatuan Umat Islam Dalam kitab al-Durr Al-Mantsur fi Tafsir Bil-Ma'tsur, Imam Suyuthi menjelaskan dua kisah yang berkaitan dengan turunnya Surat al-Hujurat ayat 13. Iman Ibnu Mundzir, Imam Abu Hatim dan Imam Baihaqi di dalam kitab ad-Dalail dari Imam Abi Mulaikah menceritakan salah satu kisah yang berkaitan dengan turunnya ayat. Diceritakan, pada waktu peristiwa Fathu Makkah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan sahabat Bilal bin Rabah untuk adzan di atas Ka'bah. Melihat Bilal bin Rabah adzan, sebagain penduduk Makkah mengatakan dengan nada sumbang. Ada yang berkata, budak hitam inikah yang azan di atas Kabah? Ada pula yang berkata, Apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini untuk berazan? Ada juga yang mengatakan, Jika Allah membencinya, tentu akan menggantinya. Kemudian, turunlah Surat al-Hujurat ayat 13 sebagai respon atas peristiwa tersebut. Respon tersebut merupakan bentuk nyata bahwa Islam menegaskan persamaan kedudukan manusia. Tidak ada pembeda antara manusia berdasarkan suku bangsa, etnis, keturunan, warna kulut atau berdasarkan status soaial. Di mata Allah SWT, manusia mempunyai status yang sama dan mendapatkan perlakuan yang sama pula. Yang membedakan adalah tingkat ketakwaannya kepada Allah SWT. Baca Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 70, Pentingnya Berkata Jujur Prinsip-prinsip egaliterisme yang terkandung dalam Surat al-Hujurat ayat 13 ini mendorong terciptanya kehidupan masyarakat yang sejahtera. Sebeb, egalitarisme merupakan pondasi dasar perdamaian dan kedaiaman dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam Surat al-Hujurat ayat 13 dijelaskan, bahwa Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan serta menjadikannya bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal dan memahami satu sama lain. Kata lita'arofu bukan hanya sebatas saling mengenal, akan tetapi sampai pada titik saling memahami karakteristik dan psikologi masing-masing kelompok yang ada. Dengan demikian, sikap fanatisme dan sentimen kelompok dapat terhindarkan. Segala perbedaan menurut Surat al-Hujurat ayat 13 harus dijadikan dasar terciptanya kehidupan yang penuh warna dan keberagaman. [
CyU7v.